Biografi Thomas Kuhn
Filsuf yang dikenal dengan jargon "Revolusi Ilmiah" ini bernama lengkap Thomas Samuel Kuhn. Dilahirkan pada tanggal 18 Juli 1922 di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat. Kuhn hidup bersama dengan seorang istri bernama Jehane R. Kuhn dan dua orang putrinya Sarah Kuhn di Massachusetts dan Elizabeth Kuhn di Los Angeles serta seorang putra yang bernama Nathaniel S. Khun di Arlington.
Thomas Khun meninggal pada tanggal 17 Juni 1966 di Cambridge, Massachusetts, Amerika. Thomas Kuhn lahir dari pasangan Samuel L. Khun, seorang insinyur industri.
Dalam perjalanan intelektualnya Thomas Khun menyelesaikan studi doktoralnya dalam ilmu pasti alam di Harvard pada tahun 1949 dan juga pernah berkuliah di University of California di Berkeley. Beliau kemudian di terima di Universitas Harvard sebagai asisten profesor pada mata kuliah pendidikan umum dan ilmu sejarah.
Pada tahun 1956, Kuhn menerima tawaran kerja di Universitas California, Berkeley sebagai dosen dalam bidang sejarah sains.
Pada tahun 1964-1979 Kuhn mengajar di Universitas Princeton dan mendapat gelar Guru Besar (Professor). Sedangkan dari tahun 1979-1991 ia bertugas di Massachusetts Institute of Technology dan dianugerahi gelar Professor untuk yang kesekian kalinya. Pada akhir masa hidupnya Kuhn menderita penyakit kanker dan akhirnya meninggal pada umur 73 tahun.
Konsep Paradigma
Istilah paradigma pertama kali digaungkan oleh Thomas Kuhn dalam karyanya "The Structure of Scientific Revolution (1926)".
Paradigma dalam buku yang ditulis oleh Kuhn tidak mendefinisikan secara konkret istilah paradigma, bahkan Kuhn menggunakan kata paradigma dalam 21 konteks yang berbeda. Dari 21 konteks kata paradigma tersebut dapat diklasifikasikan dalam tiga pengertian paradigma.
1. Paradigma Metafisik, mengacu pada sesuatu yang menjadi pusat kajian ilmuwan dan intelektual.
2. Paradigma Sosiologi, merujuk pada suatu kebiasaan sosial masyarakat atau penemuan teori yang kemungkinan dapat diterima secara umum.
3. Paradigma Konstruksi, sebagai sesuatu yang melandasi bangunan konsep dalam lingkup tertentu.
Paradigma didefinisikan sebagai pandangan mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok kajian yang seharusnya dipelajari sebagai disiplin ilmu pengetahuan. Apa yang seharusnya dipertanyakan dan bagaimana jawabannya. Paradigma menjadi suatu konsensus dari komunitas ilmuan dan para intelektual tertentu, sehingga hal ini mengakibatkan berbagai kemunculan subkomunitas yang berbeda. Keberagaman paradigma dapat terjadi karena perbedaan filosofis, konsekuensi logis dari perbedaan teori dan metodologi yang digunakan.
Dalam bukunya Kuhn menantang asumsi yang kala itu berlaku umum bahwa ilmu pengetahuan terjadi secara kumulatif. Sedangkan menurut Kuhn pandangan demikian merupakan mitos yang harus segera dihilangkan, karena sebenarnya perkembangan ilmu pengetahuan itu terjadi secara revolusioner. Kemudian istilah ini dipopulerkan oleh Robert Fredrichs melalui bukunya Sosiology of Sosiology (1970). Model perkembangan ilmu pengetahuan menurut Thomas Kuhn secara revolusi, terdiri dari beberapa fase, yaitu :
Paradigma 1→Normal Science→Anomali→Crisis→Revolusi→Paradigma 2.
Dari model yang dikemukakan oleh Kuhn tersebut, memberikan gambaran bahwa pada fase paradigma pertama terjadi normal science yaitu suatu periode akumulasi ilmu pengetahuan, dimana ketika para intelektual dan ilmuwan bekerja untuk mengembangkan paradigma yang sedang berpengaruh. Oleh sebab itu, paradigma pertama tidak lagi mampu memberikan jawaban dan penjelasan terhadap persoalan yang timbul secara memadai, atau dengan kata lain para ilmuwan tidak lagi mampu mengelakkan pertentangan dengan berbagai macam deviasi yang terjadi atau anomali, maka akan timbul krisis dan bahkan paradigma pertama disangsikan validitasnya. Ketika krisis semakin masif terjadi, maka revolusi intelektual akan terjadi dan paradigma baru akan lahir untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh paradigma sebelumnya.
Dengan demikian, yang menjadi evaluasi teoritis menarik kali ini adalah mengapa timbul bermacam-macam paradigma? Menjawab persoalan seperti ini bahwa keberagaman paradigma terjadi oleh tiga indikator utama. Pertama, karena perbedaan pandangan filsafat yang menjadi dasar pemikiran masing-masing komunitas, intelektual, bahkan ilmuwan. Kedua, sebagai akibat logis dari faktor pertama, maka teori-teori yang dibangun dan dikembangkan oleh masing-masing komunitas, ilmuwan dan intelektual pun menjadi berbeda. Ketiga, metodologi yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan esensi disiplin pun berbeda pula. Bahkan pada saat ini pertentangan antara keberagaman paradigma ini akhirnya jamah oleh unsur-unsur politik.
Sumber Referensi:
1. Upe, Ambo., 2010. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi: Dari Filosofi Positivistik ke Post Positivistik. Jakarta: Rajawali Pres.
2. Santoso Kristeva, N. S., 2015. Manifesto Wacana Kiri: Membentuk Solidaritas Organik Agitasi dan Propaganda Wacana Kiri untuk Kader Inti Ideologis.
Penulis: Muhamad Salafudin
Posting Komentar